Ia tersenyum, diletakkan kertas bermotif yang kini ada ditangannya. Ah,
awalnya ia tak perduli dengan itu, tetapi tiba-tiba terbesit suatu rasa yang
mengganjal hatinya. Kapan? Pertanyaan yang terulang-ulang, membuatnya semakin pilu.
"Duluan saja, saya belum" kata itu mengalir begitu saja dari
mulutnya. Yah, entah kenapa dia selalu ingin mengatakan itu.
Kembali dipandangnya undangan berwarna hijau bercorak
batik yang kini tergeletak di atas meja. Nyesek, adek tingkatnya dulu satu
persatu mendahuluinya. Bukan karena iri, bukan, ini tentang kesiapan hati.
Entah kenapa ia ragu, belum terpikir untuk melangkah ke jenjang itu.
Ditunggu undangannya ya….
Lagi-lagi kalimat itu menyayat hati. Harus berapa kali ia katakan, saya belum
kawan-kawan, please cari kalimat yang lain untuk dikatakan. Jika tak
ingin menyakiti maka jangan kau ungkit-ungkit tentang itu. Biarlah semua
mengalir begitu, akan ada waktunya masing-masing. Boleh jadi, mereka yang sudah
lebih dulu karena memang benar-benar sudah siap, sudah didekatkan oleh Allah.
Biarlah ketentuan-Nya berjalan kepada kita dengan indah. Tak perlu gelisah
dengan mengobral proposal itu. Tak perlu galau dengan ngepost foto-foto selfie.
Biarkan, biarkan semua itu. Yang perlu kita lakukan hanya menyiapkan diri kita
menjadi lebih baik. Agar yang jauh disana, yang kini ada dalam do'a, mempunyai
rindu yang sama untuk setapak demi setapak mendekat karena cinta-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar