Selasa, 02 Juni 2015

JOMBLO ITU BAHAGIA, LHO KOK BISA?!



"JOMBLOOOOOO……." Teriak seseorang tepat di gendang telingaku. Sontak aku loncat dari ranjang tidur dan…. "gubrak!" mendarat di karpet dengan keras. Aku meringis kesakitan. Aduh… busyet dah siapa nih pagi-pagi udah ngajak berantem. Uuuhhhh, sebeeell!!
Ku kucek-kucek mataku yang masih sipit, ee..ee.. ada kaki jerapah berdiri tepat di depan mataku. "Hwahahahaha!!"…. Et, suara sapa tuh, terdengar cempreng macam sapi diinjak kodok, eh kebalik ya? Hehe, macam kodok diinjak sapi. Wah, kayaknya kenal nih dengan suara ini. Kudongakkan kepalaku keatas, coba menatap bayangan di depanku.    
"Abaaaang….." teriakku begitu tahu bayangan siapa itu. Kakak-ku menongolkan kepalanya dari balik bantal.
"Ha..ha..ha…" semakin puas saja dia tertawa melihatku kesakitan. Ngeselin kan? Lebih ngeselin lagi dia enggak mau bantu berdiri, justru tertawa diatas penderitaan orang. Huh! Setelah nggak kuat menahan pipis, barulah berangsur-angsur tawanya reda. Ia berjalan mendekatiku yang saat itu nggelosor di lantai.
"Sorry dek bro, hahaha…" enak sekali dia minta maaf sambil nyengir gitu. Ah, tak kuterima kata maafnya.
Diacak-acak rambutnya yang berjambul itu, dipasang juga tampang sok imut dan lugunya, dia coba memelas. "Maapin Abang gantengmu ini yak? Pliiss!" Huh, dikira aku akan luluh, enggak mempan lah yaw! Lagian bukannya baik-baikin aku, eh masih sempet-sempetnya memuji diri sendiri. Hap, kubalas dengan tampang jutekku.
"Adikku yang cuantiiikkkk…. Pliiisss, maapin abangmu ini. Abang ngaku salah dan tolong diterima maafnya. Kalau dikau tak jua maapin abang, plisss.. tolong ijinkan abangmu ini membaca pantun yang akan menghiburmu….." kata kakakku tetap dengan tampangnya yang sok lugu itu. Satu..dua..tiga… Et dah, suara cempreng itu makin menjadi-jadi.
Burung kutilang burung cendrawasih
Induk burung terbang ke selatan       
Bertahun-tahun tanpa kabar dan kasih
Macam bang toyib yang tak pulang-pulang
Hupsss, kutahan tawaku yang hampir keceplosan. Hihihi.. dasar abang gokil, batinku geli. Aku tetap berpura-pura jaim. Tapi dia tetap dengan pedenya melanjutkan. Jas.. jis.. jus…
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal Sembilan
……… tiba-tiba……….
(Kakakku terbengong macam kesurupan jin ifrit)…..
"Kenapa bang?" tanyaku kemudian.
"Huhuhu… jadi sedih ayamnya mati!" katanya dengan wajah ditekuk.
Hwahahaha…. Giliranku yang terbahak-bahak melihat ekspresi sedihnya itu. Belum puas tertawa, mami berteriak nyaring.
"Poooooo…. Oneeeeeee…" et dah, kenceng juga mami kalo lagi teriak. Apalagi kalo lagi marah, wah wah suaranya yang merdu jadi kayak TOA. Sengaja nih mami kalo lagi marah pasti manggil anak-anaknya rada ngawur. Puji nama yang keren, eh di panggil pooo, wawan juga nama yang keren eh di panggil juga oneee. Waduh, mami siapa ini? Pura-pura tak mengakui.
"Ya maaammm…" teriakku dan kakak berbarengan. Kita lari terbirit-birit menuju sumber suara mami. Begitu sampai di depan mami, mami justru memberikan gagang telpon rumah. "Nih ada telpon dari papi…."
"Hallo.. ya pap, ada apa?" Tanya kakakku.
"Anterin adekmu ke tempat privat. Papi lagi ada acara di luar, kalo enggak dianterin nanti adekmu malah mampir kemana-mana.." kata papi diseberang telpon.
"Siap pap, beresss!" kata kakakku sambil cengengesan. Huh, dia merasa menang. Ada-ada sih papi ini, umur sudah sweet seventeen juga masih antar jemput. Huh, enggak percaya banget nih sama anaknya. Padahal aku juga enggak main kemana-mana. Paling kalo lagi bête cuma main game berjam-jam. Nongkrong.  Atau makan-makan. Dongkol!
Klik. Gagang telepon itu ditutup. "Hehe.. siap-siap sana adekku sayang.. Tenang hari ini abangmu yang akan ngganterin. Hehehe…senyum dong. Smileee..!" katanya sambil menjewer pipi kanan kirinya, bikin aku tambah keki. Kakakku seneng nganterin privat karena dia bisa ketemu sama kak Yaya, cewek taksirannya. Tapi sayang, dari dulu dia enggak pernah pacaran karena enggak berani mengungkapkan perasaan. Takut ditolak katanya. Haha. Jomblo forever bahasa gaulnya. Sama kayak…. aku! Ehem. Ets, tapi aku jomblo bukan karena enggak laku-laku ya, Cuma enggak pengen pacaran aja (ngeles, padahal takut sama papi, syuutt.. rahasia kita!).
"Hemmm.." aku hanya bergumam lalu ngeloyor pergi.
*****
            "Yuk naik…" kata kakakku begitu motor sudah di starter. Wajahnya yang sok manis itu masih saja cengengesan.
"Hati-hati, nak!" teriak mami dari dapur. "Ya mam..! " kusahut dengan cepat. Aku langsung nangkring diatas jok motor. Tanpa banyak ba.. bi.. bu.. motor langsung melaju di jalanan beraspal.
Dalam perjalanan ke tempat privat, kita diam beribu bahasa. Entah apa yang ada dalam benak kita masing-masing. Yang pasti kita lebih tertarik untuk diam.
Siang itu begitu panas, mentari yang bersinar mungkin sedang bahagia. Dia menampakkan sinarnya dengan leluasa. Hasilnya, peluh disekujur tubuhku mengalir deras. Angin sepoi-sepoi yang bertiup tak juga memberikan efek kesejukan. Rasanya masih saja gerah. Ah, mungkinkah ini pengaruh perasaanku saja. Aku berpikir dalam.
***
Teringat beberapa waktu yang lalu, saat aku masih memakai seragam putih abu-abu. Aku tergolong cewek supel disekolahku, ehem.. bukan kepedean tapi ini hasil survey temen-temenku lho! Hehe.. Mereka bilang aku cewek tomboy, supel, unik, temannya cowok semua, enggak mau pacaran, dan… ini itu, itu itu apalah pokoknya. Tapi bagiku, ya aku anaknya begini saja. Tak ada yang aneh pada diriku. Aku bergaul dan berteman biasa saja. Makan juga biasa. Nongkrong dan main game juga biasa. Cuma aku memang enggak pernah pacaran. Mungkin ini yang dianggap aneh oleh teman-temanku. Coba kalo begini siapa yang aneh?

Bicara soal pacar, memang sih aku belum pernah pacaran. Bukan karena enggak laku-laku ya, tapi memang karena enggak ada yang mau naksir aku. Ehh.. keceplosan. Hemm, ini masalah panggilan dari hati. Walaupun bisa dibilang aku punya banyak temen cowok, tak ada satu pun yang jadi pacarku. Kenapa? Pasti itu pertanyaanmu. Karena aku punya satu prinsip teman: Tidak akan pacaran sebelum menikah! Eh.. bingung yak? maksudnya begini lho, aku mau fokus belajar dulu, selain takut sama papiku juga (nyari alasan J).
            Pernah dulu aku sempet suka sama salah satu cowok disekolahku. Dia adalah kakak tingkatku di SMA. Dia kelas sebelas dan aku kelas sepuluh. Sebut saja namanya Brams, keren kan namanya? Namanya memang keren, sekeren wajahnya. Dia cakep, bertubuh tinggi dan atletis, orangnya juga murah senyum. Dibanding diriku sebelas dua belas lah. Aku juga cantik, putih, tinggi semampai, murah senyum, saking murahnya jadi banyak tertawa (ini kata mami, pokoknya aku paling cantik sedunia). Dia bintang kelas jurusan matematika dan aku juga bintang ke-jo-ra-nya matematika. Alias kejedot ra bisa bisa. Hehe.. ampun deh kalo pelajaran matematika. 
Saking sukanya sama cowok bernama Brams ini, setiap hari aku selalu nyuri pandang. Setiap pagi nongkrong di samping gerbang nungguin si doi lewat. Belum abdol kalo pagi itu belum liat dia. Nyari-nyari fotonya sampai dibela-belain modal banyak: titip kamera sama Ryan untuk fotoin Brams, eh dianya minta bagian. Kalo pas valentine mondar-mandir bingung nyari coklat, mau dikasih ke Brams enggak berani eh akhirnya dimakan sendiri. Huh!
Sampai suatu hari yang indah seperti pelangi. Aku dan brams bertemu tak sengaja di Rumah Karya (enggak sengaja nungguin dia, maksudnya..hihi). Tempat yang mirip perpustakaan ini rasanya seperti rumah salju begitu kulihat dia. Cie.. grogi euy, akhirnya pura-pura ku ambil beberapa buah buku dan kubawa ke meja terdekat. Tak sengaja Brams juga melihat ke arahku. Aku jadi deg-degan. Dari jauh aku kembali memandangnya. Lha dalah, dia juga melihat kearahku. Wuih, rasanya hati ini ingin meloncat keluar.
“Emm....lagi nyari buku apa?” eh, tanya Brams tiba-tiba didekatku. Lho..lho.. mimpi apa nih semalem disamperin cowok ganteng.
 Enggg..,lagi nyari…Contoh puisi buat tugas sastra !” aku mendehem  gugup.
Lho?  jurusan matematika ada pelajaran seni juga toh? Batinku geli.
“o................” Kami diam. Kami sama-sama salah tingkah.
***
Sejak hari itu, aku pikir akan semakin dekat dengan Brams. Tinggal mencari moment yang tepat lalu happy ending, dan semuanya berakhir bahagia. Seperti cerita-cerita dalam film drama (hah, ngaco!). Tapi pagi ini Dina, Reza, Irwan, Agus, Didik, Ryan dan beberapa temen cowok yang tak cukup kusebut satu-satu mendekatiku. Wah..wah, kenapa nih mereka datang barengan gitu, kayak mau demo aja. Wah, mimik muka mereka serius lagi. Sinar mata mereka berkilat-kilat kayak pedang samurai (hihi.. belum pernah liat sih!).
Wah..wah..ada apa ni? hatiku makin bertanya-tanya.
“Pooo.....elo udah jadian ya sama Brams anak matematika?”
Tembak Reza dengan nada ketus.
Eits....apa-apaan sih pagi-pagi ngajak bercanda kayak gini yah? Wah..wah..nggak lucu...!kataku sambil cengengesan.
Kita enggak bercanda. Kita serius ...!” kata Dina dengan mukanya yang juga ketus.
Elo beneran udah jadian? kini giliran Didik yang memastikan.
“Enggak, pliis deh. kalian nih apa-apaan sih!”
Elo nggak jujur poo, kita kemaren liat elo bareng Brams di Rumah Karya. Kalian pacaran kan?tanya Dina tajam.
Waduh, mati gue!!
“Emmm Gue cuma naksir Riyan, kita Cuma temenan. Buktinya dia nggak nembak gue dan kita juga nggak pacaran..” kataku membela diri.
Yah syukurlah..” Kata mereka berbarengan. Bentar bentar maksudnya apa nih mengintrogasi kayak gini?
"Kita enggak papa ya, kalo elo punya pacar dan mengakhiri masa jomblo elo sekarang. Kita jujur seneng banget. Tap kita enggak rela kalo elo pacaran sama playboy itu."
WHAAAATTT.........!!

...................     Hening.
Dunia seakan berhenti berputar, waktu seakan tak lagi berdetak, dan langit tiba-tiba mendung.
“Apa... playboy. BRAMS PLAYBOY??” tanyaku tak percaya.
Hancur deh semuanya. Aku menarik nafas resah. Kenapa jatuh cinta sakitnya begini? apa salahku? Apa aku tak pantas jatuh cinta? Apa aku jatuh cinta sama Brams salah? Kenapa aku begitu rapuh karena cinta? Kau tahu kawan sakitnya dimana? (sakitnya tuh disini… #nunjuk perut. LAPER!)
***
Zheeepp.. kakakku mengusap wajahku lalu memencet hidung. Aku tergagap.
"Heyyy.. udah sampai nih, nglamun aja. haha!" katanya terkekeh.
Kawan, tangisan pertama tentang cinta itu menyedihkan. Pertama kalinya patah hati itu sangat menyakitkan. Itulah cinta. Tidak melulu penuh kebahagiaan. Naif sekali jika berfikir cinta itu penuh dengan warna-warni bunga-bunga. Ahh, cinta memang tak seperti  mimpi dan dongeng indah.
Kalo sekarang hidupmu belum siap untuk menikah, cobalah untuk menghindari pacaran. Meski hanya untuk mainan, coba-cobaan, atau iseng-isengan, karena sayang sekali energi cintamu terkorbankan. Bukan untuk menggurui, mending kita simpan energi cinta kita untuk orang yang benar-benar mencintai kita nanti, saat waktunya tepat, yakinlah bahwa Allah akan mengirim pangeran untuk kita dengan cara yang lebih indah. Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, dan laki-laki yang buruk untuk wanita yang buruk

Menjadi jomblo itu bahagia. Ada 2 kebahagiaan yang kita rasakan. Bahagia pertama itu di dunia. Kita tidak terikat oleh sesuatu yang belum pasti, jadi kita bisa enjoy dengan apapun yang kita mau. Bahagia kedua, itu di akhirat. Kenapa? Karena tak akan dicambuk malaikat karena zina pacaran, et maksudnya pacaran itu seperti zina. Yaitu zina mata, zina kaki, zina mulut, dan zina seluruh anggota tubuh. Ihh, ngeri. Nauzubillah !
Aku beringsut turun.
"BYEE.." kataku sambil berlari.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar