[HEBAT GURUNYA DAHSYAT MURIDNYA]
Karya: H.D. Iriyanto
© Kreatifitas
dan imajinasi adalah kunci bagi cerahnya dunia pendidikan kita masa depan.
© Mengajar
dengan baik dapat diibaratkan orang yang sedang menyalakan api, dimana semakin
lama api tersebut menjadi semakin besar. Mengajar dengan baik akan membuat para
siswa merasa senang untuk belajar dan membiarkan mereka terus berkembang, terus
menyalakan api semangat belajarnya…(Kathy Paterson)
© Menghadapi
murid yang kesulitan belajar atau gagal memahami materi yang diajarkan, bukan
dengan 'menggebrak'nya. Apakah itu dengan kata-kata, tatapan mata, raut
wajah, atau sikap dan perilaku yang melukai hati dan meruntuhkan kepercayaan
diri.
© Anak
laki-laki memiliki minat yang besar pada kemenangan, gerakan, pengejaran benda,
permainan eksploratif dan kasar sesama anak laki-laki, sedangkan anak perempuan
cenderung memiliki minat yang besar pada aktifitas bermain dan
bersenang-senang.
© Model
pembelajaran konvensional yang sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya,
adalah model pembelajaran 'otak kiri' akibatnya guru dan murid cenderung
stress, kesehatan mental dan fisiknya pun buruk. Kini saatnya memberikan
'nutrisi' pada otak kanan. Music, estetika, dan seni perlu dimasukkan kedalam pengalaman
belajar dan mengajar. Untuk menimbulkan emosi positif yang mampu meningkatkan
kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.
© Otak
manusia memiliki kemampuan belajar menurut lima versi:
ü Versi
emosional (pembelajaran menarik dan memotivasi)
ü Versi
social (menciptakan keakraban)
ü Versi
kognitif (pengembangan rasio dan logika)
ü Versi
fisik (pembelajaran energik dan dinamis)
ü Versi
reflektif (imajinatif pencari bakat)
© Ilustrasi
kelereng dengan 8 lubang:
ü Bola
sebagai murid
ü 8 lubang
sebagai kecerdasan majemuk (Multiple intellegensi) yang dimiliki murid.
ü Besar
lubang tidak sama sebagai tingkat kecerdasan yang berbeda.
ü Kelereng
yang dilempar sebagai pemberian materi yang tidak mempertimbangkan modalitas
belajar.
ü Penggunaan
pipa paralon sebagai proses pembelajaran yang mempertimbangkan modalitas
belajar.
ü Posisi
pipa sejajar identik dengan pembelajaran auditorial, pipa yang diangkat sedikit
identik dengan pembelajaran visual, dan pipa yang diangkat lebih tinggi identik
dengan pembelajaran kinestetik.
"Dan yang paling
aku nikmati adalah ketika mereka tersenyum dan membisikkan sebuah kalimat
ditelingaku,'Guru.. ternyata aku bisa'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar