Jumat, 14 November 2014

LEARNING METAMORFOSIS



[HEBAT GURUNYA DAHSYAT MURIDNYA]
Karya: H.D. Iriyanto

©    Kreatifitas dan imajinasi adalah kunci bagi cerahnya dunia pendidikan kita masa depan.
©    Mengajar dengan baik dapat diibaratkan orang yang sedang menyalakan api, dimana semakin lama api tersebut menjadi semakin besar. Mengajar dengan baik akan membuat para siswa merasa senang untuk belajar dan membiarkan mereka terus berkembang, terus menyalakan api semangat belajarnya…(Kathy Paterson)
©    Menghadapi murid yang kesulitan belajar atau gagal memahami materi yang diajarkan, bukan dengan 'menggebrak'nya. Apakah itu dengan kata-kata, tatapan mata, raut wajah, atau sikap dan perilaku yang melukai hati dan meruntuhkan kepercayaan diri.
©    Anak laki-laki memiliki minat yang besar pada kemenangan, gerakan, pengejaran benda, permainan eksploratif dan kasar sesama anak laki-laki, sedangkan anak perempuan cenderung memiliki minat yang besar pada aktifitas bermain dan bersenang-senang.
©    Model pembelajaran konvensional yang sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya, adalah model pembelajaran 'otak kiri' akibatnya guru dan murid cenderung stress, kesehatan mental dan fisiknya pun buruk. Kini saatnya memberikan 'nutrisi' pada otak kanan. Music, estetika, dan seni perlu dimasukkan kedalam pengalaman belajar dan mengajar. Untuk menimbulkan emosi positif yang mampu meningkatkan kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.
©    Otak manusia memiliki kemampuan belajar menurut lima versi:
ü  Versi emosional (pembelajaran menarik dan memotivasi)
ü  Versi social (menciptakan keakraban)
ü  Versi kognitif (pengembangan rasio dan logika)
ü  Versi fisik (pembelajaran energik dan dinamis)
ü  Versi reflektif (imajinatif pencari bakat)
©    Ilustrasi kelereng dengan 8 lubang:
ü  Bola sebagai murid
ü  8 lubang sebagai kecerdasan majemuk (Multiple intellegensi) yang dimiliki murid.
ü  Besar lubang tidak sama sebagai tingkat kecerdasan yang berbeda.
ü  Kelereng yang dilempar sebagai pemberian materi yang tidak mempertimbangkan modalitas belajar.
ü  Penggunaan pipa paralon sebagai proses pembelajaran yang mempertimbangkan modalitas belajar.
ü  Posisi pipa sejajar identik dengan pembelajaran auditorial, pipa yang diangkat sedikit identik dengan pembelajaran visual, dan pipa yang diangkat lebih tinggi identik dengan pembelajaran kinestetik.

"Dan yang paling aku nikmati adalah ketika mereka tersenyum dan membisikkan sebuah kalimat ditelingaku,'Guru.. ternyata aku bisa'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar