Assalamualaikum
Wr.Wb
Kepada para Pemimpin Negeri
ini
Di 'Tanah Surga'
Indonesia
Sungguh
suatu nikmat dan kesempatan yang besar bisa terlahir di bumi yang bergelar 'Zamrud
Katulistiwa' bernama Indonesia ini. Kebahagiaan terlahir di bumi Indonesia
adalah kebahagiaan hati yang tak bisa dinilai dengan mata uang. Sunguh, dimana
kaki menginjak bumi Indonesia, disana akan tumbuh bibit cinta yang tersimpan
dalam dada.
Bapak
Pemimpin negeri ini,
Saya
adalah warga Indonesia yang tinggal di Lampung. Jujur, Saya sangat bangga bisa
terlahir menjadi warga Indonesia. Karena bagi saya, Indonesia merupakan salah
satu negara yang memiliki keunikan tersendiri. Indonesia terdiri dari ribuan
pulau dengan kekayaan alam yang melimpah ruah, dengan jumlah penduduk sangat
besar yang beragam suku bangsa, letak geografis dan geostategisnya mendukung
iklim dan cuaca yang seimbang. Wajar jika para dayang wayang kulit
menggambarkan kemakmuran negeri ini dengan kalimat yang sangat indah "gemah
ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo" yang boleh diartikan
secara sederhana; suatu negeri yang memiliki tingkat kemakmuran yang tiada
taranya. Seperti dalam lagu saja, Dimana-mana yang ada bukanlah lautan
melainkan kolam susu. Sungguh, saya sangat bangga.
Namun,
jika melihat kondisi negeri ini sekarang.
Betapa miris hati saya. 69 tahun sudah Indonesia merdeka. Tapi ternyata
Indonesia belum mampu dikatakan sebagai Negara yang makmur. Malah kini wajah
Indonesia mulai berubah. Korupsi menjadi bagian dari kehidupan para pemimpin
bangsa. Korban kemanusiaan bernama nilai-nilai lokal terpasung atas nama
modernitas. Nilai-nilai agama mulai luntur karena tergantikan oleh nilai
globalisasi-sekuler. Kemiskinan seolah masih menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari masyarakat. Bahkan akhir-akhir ini melambungnya harga
kebutuhan pokok dan BBM justru diimbangi dengan merosotnya nilai mata uang
rupiah. Dan kenyataannya sekarang, justru pergulatan politik praktis,
manipulasi elite dan rekayasa pencitraan menjadi tontonan biasa yang dikonsumsi
setiap hari oleh ratusan juta rakyat Indonesia. Sungguh ironis.
Pemilu
pertama tahun 1999, menjadi pemilihan umum (pemilu) "perintis" yang
subtansial sebagai jalan awal demokrasi. Penyelenggaraan pemilu ini, menjadi
sederetan agenda yang sangat penting dalam menentukan arah demokrasi yang
dicita-citakan. Dengan adanya pemilu
itu, semua berharap dapat membangun kembali pemerintah yang berwibawa dan
bersih, masyarakat sipil yang kuat, dan pada gilirannya nanti akan bangkit
sebagai bangsa yang adil dan sejahtera. Maka kami percaya, para pemimpin yang
sudah kami pilih selayaknya bisa membawa perubahan bangsa ini kearah yang lebih
baik.
Pemimpin
negeri ini yang terhormat,
Seperti
yang sudah kita ketahui, sesungguhnya bangsa ini dibangun dan didirikan diatas
ide besar, dengan tekat dan semangat yang tinggi, serta sikap terpuji dan
pengorbanan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, mari sekarang kita bangun
kembali. Rakyat negeri ini sedang menanti kontribusi terbaik bagi kejayaan
bangsa, menunggu keikhlasan kaki kita membawanya kearah yang lebih baik.
Sejarah masih mencatat, gedung merdeka jalan asia-afrika masih menjadi saksi
bahwa dimasa lalu kita pernah menjadi 'lidah dan macan' tunggal yang
memproklamirkan kemerdekaan sekaligus kebangkitan bagi bangsa-bangsa terjajah.
Saat ini adalah kesempatan terbaik untuk membahas sebagaimana mestinya dan
mengepakkan sayap perubahan, karena kita semua adalah anugerah bagi negeri ini
untuk masa depannya yang gemilang, sekaligus
untuk peran strategisnya di pentas peradapan dunia sebagai juru bicara
terbaik asia dan dunia islam. Dambaan terbaik bagi negeri ini adalah Indonesia
menjadi negeri yang disebutkan dalam Al-Qur'an: Baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur (QS. Saba':15).
Para
pemimpin yang baik,
Akhirnya,
gagasan ini hanyalah sebuah upaya untuk kembali menyadarkan kita atas
mimpi-mimpi negeri ini yang masih tertunda. Walau sederhana, setidaknya dari
situlah kita bisa mengawali menyimbak kabut kebangkitan Indonesia. Mohon maaf
jika ada salah kata dan terimakasih atas perhatiannya.
Salam
Hormat,
Dwi
Puji Astuti,
Warga Lampung, Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar